Kriminal Perang?

Pemberontak Suriah mengeksekusi para Tawanan Perang (Video Grafis)

.

Dibahasaindonesiakan oleh Redaksi Dasar Kita dari warita di situs Russia Today rt.com bertajuk Criminal War? Syrian rebels executed POW’s (Graphic Video) beralamat http://www.rt.com/news/syria-rebel-massacre-aleppo-627/

Mengacu pada warita yang sama di blog  kamerad BJ Murphy The prison gates are open … beralamat http://redantliberationarmy.wordpress.com/2012/08/03/syrian-rebels-committing-war-crimes-executing-pows/

 .

.

Gambar dari blog BJ Murphy; mohon dapat mengakses video dimaksud dari salah satu alamat di atas

Sebuah video amatir mengerikan  yang muncul secara online dari Suriah, menunjukkan dengan jelas eksekusi massal para pendukung Assad di Aleppo di  tangan para pemberontak dari Tentara Pembebasan Suriah (TPS/FSA, Free Syrian Army—Red).

Rekaman tersebut memerlihatkan beberapa pria berlumuran darah ditelanjangi tinggal celana dalamnya, dipaksa berlutut menghadap tembok, di tengah-tengah kerumunan pria-pria bersenapan mesin yang bersorak-sorai penuh semangat.

Begitu yang menangkap mereka itu mulai menembak, kamera tersentak dan bergeser,  berbarengan kerumunan bubar, kelihatannya kamera tak siap hampir 40 detik untuk pengambilan gambar yang berlangsung sesudah itu.

Bersamaan tembakan berhenti, bergema teriakan-teriakan “Allahu Akbar”, para penonton pun sigap mengacung-acungkan senapan mereka menandai kemenangan, menghampiri apa yang tampak berupa setumpukan mayat-mayat tak berbusana.

Salah seorang korban telah diidentifikasi sebagai Ali Zein Al-Abidin Al-barri; para pemberontak menuduh dia dan keluarganya membunuh 15 serdadu TPS selama genjatan senjata di Aleppo pada Selasa (31/7/2012—Red).

Video yang menggambarkan pembantaian dengan jelas itu belum diverifikasi, meski Pemantau Hak-Hak Asasi Manusia Suriah yang berkedudukan di Inggris (UK based Syria Observatory for Human Rights–Red) mengatakan bahwa balas dendam semacam itu adalah sebuah kejahatan karena hukum Islam tidak mengotorisasi eksekusi para tawanan.

Clive Baldwin, seorang penasehat hukum senior Pengawas Hak-Hak Asasi Manusia (Human Right Watch, HRW—Red), mengatakan pada BBC News:

“Apa yang terlihat itu sepertinya eksekusi para tahanan dan bila itu terjadi, hal itu akan menjadi sebuah kejahatan perang.”

Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Gennady Gatilov mengutuk penembakan tersebut.

“Pembantaian brutal atas para pendukung pemerintah oleh kaum oposisi di kota Aleppo menunjukkan bahwa pelanggaran  hak-hak asasi manusia sedang dilakukan oleh kedua belah pihak,” tulisnya di Twitter.

Ini bukan kali pertama laporan-laporan yang mencagun (muncul—Red) mengenai para pemberontak yang melaksanakan eksekusi terhadap pasukan pro Assad tanpa pengadilan.

Ahmed, seorang pemberontak dari brigade Amr bin al-Aas yang beroperasi di kota Azaz, Suriah, mengisahkan eksekusi seorang penembak jitu tentara Suriah bernama Rami yang ditembak mati setelah sebuah  “pengadilan” pinggir kubur (graveside “trial”—Red), Reuter melaporkan.

Ahmed mengatakan Rami menembak dari puncak menara yang tinggi pada sebuah mesjid lokal sebelum ditangkap.

“Kami membawanya ke pinggir kuburannya, dan setelah mendengar pernyataan-pernyataan para saksi, kami menembaknya mati,” tulis kantor berita itu mengutip ucapan Ahmed.

Ahmed lalu menjelaskan bahwa pasukannya sering menangkap “sejumput serdadu” dalam perang, lantas anak buahnya akan menggelar pengadilan bagi orang-orang yang ditangkap itu dan mengeksekusi mereka.

Lamun (namun—Red) ketika ditekankan lebih spesifik atas penciptaan pengadilan darurat untuk membenarkan pembunuhan terhadap mereka yang tertangkap dalam perang, Ahmed tetap tenang, menahan diri.

“Budaya para pengacara sudah lama berlalu. Maksud saya lelaki seperti itu,” ujar Ahmed mengacu pada Rami, penembak jitu yang terbunuh itu, “Bagaimana menurut  Anda nasibnya seharusnya?”

Pembunuhan-pembunuhan ekstrayudisial (di luar hukum—Red) semacam itu bisa menjadi tanda (sign—Red) atas hal-hal yang bakal datang bila 17 bulan pemberontakan melawan Bashar al-Assad menggelinding terus di luar kendali.

Koreponden Asia Times Oline Pepe Escobar menuturkan pada RT bahwa pembantaian semacam itu terjadi “sepanjang waktu” di Suriah hari-hari ini. Lamun, ia percaya bahwa eksekusi-eksekusi yang bersifat cepat ini akan mendorong kaum minoritas untuk berjuang melawan para pemberontak.

“Saya menerima video ini dari sebuah sumber di Arab, dan saya lalu meminta terjemahannya. Mereka ini adalah sebuah klan sangat penting di sebelah Utara Aleppo. Beberapa dari mereka dieksekusi dengan darah dingin, inilah yang diperlihatkan video dua setengah menit ini. Mereka ini adalah klan yang diperluas (extended clan—Red). Mereka memiliki sekitar 20.0000 saudara lelaki dan perempuan serta keluarga yang diperluas di dalam kesukuan klan ini,” ucap Escobar.

“Jadi, hal ini berarti semua orang ini, alih-alih direkrut oleh oposisi, mereka kini akan melawan oposisi lantaran mereka dieksekusi dengan darah dingin. Hal yang menjelaskan, di antara alasan-alasan lain, mengapa kaum Kristen di seantero Suriah mengangkat senjata untuk membela dirinya sendiri. Karena mereka mafhum, bila saat kendali [pemerintah] oleh anasir-anasir loyalis inti (hardcore—Red) Suni pasca-Assad, termasuk kaum jihad Salafi, mereka akan menjadi minoritas yang tak terlindungi. Saat ini mereka adalah minoritas yang terlindungi di bawah rezim Assad,” ia melanjutkan.

.

ooOoo

.

Warita Terkait

– Klik hlm 18a: Sekilas Mancanegara, Suriah: Bidasan Carlos Martinez atas Pernyataan Keliru Tariq Ali

– Klik hlm 20c: Pembunuhan Massal di Houla oleh Stephen Gowans

– Klik hlm 21c: Terungkap: CIA Diam-Diam Beroperasi di Perbatasan Suriah Memasok Senjata untuk

                            Para Pemberontak

– Klik hlm 22c: Video: Jenderal Tentara Pembebasan Suriah Mengakui Bantuan AS dan Prancis

– Klik hlm 22e: Horor Perang: Kuburan Massal Ditemukan di Damaskus (FOTO GRAFIS)

– Klik hlm 27c: AS Bicara Senjata Kimia, Sebuah Dalih untuk Perang

– Klik hlm 28c: Presiden Belarus Lukashenko kepada Apologis Imperialisme: ‘Kalian Akan Membayar

                           untuk Kejahatan yang Kalian Lakukan di Suriah’

– Klik hlm 28e: Lebih dari 80 Tewas dalam Dua Ledakan Roket di Universitas Allepo Saat Mahasiswa Sedang

                           Ujian

– Klik hlm 28i: Militer Suriah: Pesawat-Pesawat Militer Israel Membom Pusat Riset Dekat Damaskus

– Klik hlm 28j: Email yang Dibajak Mengungkapkan ‘Persetujuan Washington’ atas Rencana untuk

                           Menggelar Serangan Kimia Suriah

Satu tanggapan »

  1. Dalam Alquran tidak ada hukum yang harus dilakukan dengan pembantaian sesama.

    Redaksi Dasar Kita

    Terima kasih Bung Ismail Mallarangeng, telah mampir di blog kami dan meninggalkan tanggapan sekaligus mengingatkan sebuah hukum sangat hakiki dari keyakinan para pelaku dalam video grafis ini.

    Salam hangat

    Suka

  2. Jauh dari ajaran Rasulullah

    Redaksi Dasar Kita

    Terima kasih Bung Mohammad Ali. Sudah mampir dan meninggalkan komentar positif.

    Suka

  3. Memang semua kejadian kejahatan di jazirah Arab disebabkan niat besar rezim-rezim di kawasan tersebut (negara-negara tergabung dalam Dewan Kerja Sama Teluk/GCC Gulf Co-operation Council–Red) untuk memerluas kekuasaan dan/dengan mazhab/doktrin mereka yang kuat; (termasuk) membiayai pemberontakan-pemberontakan di kawasan itu.

    Ayo, bersatu Syiah-Suni, jangan bilang jihad kalau yang diperangi sesama kaum, jangan mau didoktrin (menjadi) antek Amerika!

    Redaksi Dasar Kita

    Terima kasih Syeh Bubsa (maaf bila kami keliru menulis nama), telah mampir dan meninggalkan komentar inspiratif membangkitkan semangat.

    Setidaknya bagi blog kami dalam secuil upaya ikut memerjuangkan kemerdekaan jilid 2, bebas dari imperialisme abad ke-21 di negeri tercinta ini. Terlebih ketika di kita pun tiba-tiba (heran bisa pas Ibu Clinton datang tahun lalu) kok Syiah-Suni tidak rukun lagi; malah polisi, sang pengayom masyarakat, pun malah ikut mengkompori: relokasi Syiah Sampang!

    Salam hangat & tetap merdeka!

    NB

    Kalau ada waktu silakan simak hlm 13a, ada sedikit penjelasan mengenai GCC. Juga hlm 24a terkait kedatangan Ibu Clinton tahun lalu itu.

    Suka

Tinggalkan komentar