Pelajaran Fundamental-Ekonomi dari Lee Kwan Yew

.

Oleh John Ross

.

.Sumber: blog John Ross Key Trends in Globalisation, The fundamental economic lesson from Lee Kwan Yew, 23 March 2015

.
Dibahasaindonesikan oleh Redaksi Dasar Kita

.

Di bawah kepemimpinan Lee Kwan Yew beserta mereka dengan siapa ia bekerja, Singapura menjadi satu-satunya negara di Asia yang mencapai PDB [produk domestik bruto] per kapita yang lebih tinggi dibanding AS setiap kali diukur.

Dihitung dengan nilai tukar saat itu pada 2013, data terbaru Bank Dunia, PDB per kapita Singapura adalah 104 % dari AS. Dihitung pada Paritas Daya Beli (PPP) [Purchasing Power Parity – Red DK], PDB Singapura adalah 148 % dari AS.

.

Gambar 1

.

Singapura & AS – PDB per Kapita Pada Nilai Tukar Saat itu [per tahun] dan PPP
            [Singapura & AS – PDB per Kapita
             Pada Nilai Tukar Saat itu (per tahun) dan PPP]

.

Penekanan telah diberikan pada politik ‘otoriter’ Lee Kwan Yew, tetapi apa basis fundamental keberhasilan ekonominya? Pelajaran apa yang bisa ditarik dari ‘keajaiban ekonomi’ Singapura?

Setiap studi mayor menunjukkan bahwa pembangunan Singapura didasarkan terutama pada akumulasi modal dan tenaga kerja – dengan hanya kontribusi kecil yang berasal dari pertumbuhan produktivitas (secara teknis dari Produktivitas Total Faktor) [TFP Total Factor Productivity].

Hal ini pertama kali ditemukan pada 1990-an oleh ekonom Inggris Alwyn Young (1). Sejak itu temuan ini telah diulang oleh setiap studi mayor. Yang terbaru, oleh Vu Minh Khuong dari Lee Kwan Yew School of Public Policy, National University of Singapore, ditunjukkan pada grafik [Gambar 2]. Ditemukan bahwa pertumbuhan ekonomi Singapura 59 % berasal dari akumulasi modal, 34 % dari pertumbuhan penyerapan tenaga kerja, dan hanya 8% dari peningkatan produktivitas (TFP) (2).

.

Gambar 2

.

[Singapura – Sumber-Sumber Pertumbuhan PDB Sumber-Sumber Pertumbuhan PDB 1990-2010]
[Singapura – Sumber-Sumber Pertumbuhan PDB
Sumber-Sumber Pertumbuhan PDB 1990-2010]

.

Singkat kata, pada setiap studi mayor ditemukan bahwa Singapura mencapai tingkat tertinggi pembangunan ekonomi di Asia, tingkat yang lebih tinggi dari PDB per kapita AS, didasarkan pada akumulasi yang masif, pertama kapital dan kedua tenaga kerja, dengan produktivitas (TFP) yang pertumbuhannya kecil saja, nyaris nihil perannya.

Untuk menempatkannya dalam pengertian yang kasar tapi akurat, Lee Kwan Yew menunjukkan dengan perkembangan ekonomi Singapura, bahwa dalam mencapai tingkat yang lebih tinggi dari PDB per kapita dibanding AS, kuantitas jauh lebih penting ketimbang kualitas.

.

Catatan [tidak dibahasaindonesiakan]

.
1. Young, A. (1995, August). The tyranny of numbers: confronting the statistical reality of the East Asian growth experience. Quarterly Journal of Economics, 110, 641-680.

.
2. Vu, K. M. (2013). The Dynamics of Economic Growth – Policy Insights from Comparative Analyses in Asia. Cheltenham, UK and Northampton, M.A., US: Edward Elgar.

.
ooOoo

.

Catatan Redaksi Dasar Kita

dk-83a-john-ross-bio

 

 

John Ross saat ini adalah Peneliti Senior di Institut Studi Finansial Chongyang, Universitas Renmin Tiongkok [Senior Fellow at Chongyang Institute for Financial Studies, Renmin University of China].

Selengkapnya dalam Bahasa Inggris klik John Ross Biography atau data terbarui About John Ross di blog beliau yang lain lagi Learning from China.

.

.

.

Versi Bahasa oleh Redaksi ini adalah sepengetahuan dan seijin John Ross melalui surat elektronik-Tweeter, meski kesalahan baik grafis maupun konten/isi dari versi Bahasa ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Redaksi,  di mana secara khusus beliau berharap para pembaca blog Redaksi Dasar Kita akan menyukai tulisannya ini. 

 Kami mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan ijin yang diberikan oleh John Ross.

.

Simak/klik hlm HK-2. Artikel-artikel John Ross dalam Versi Bahasa di Blog Dasar Kita (termasuk artikel ini butir 5):

 

 

 

Tinggalkan komentar