“Enggak ada preman kok. Kami preman resminya,” kata Basuki.

.

Sumber: 

Kompas.com, Senin, 15 Februari 2016 | 12:19

ooOoo

Komentar Ahok soal Warga Kalijodo yang Mengadu ke Komnas HAM

Senin, 15 Februari 2016 | 12:19 WIB

.

.

dk-70b-ahok vs HAM

Kompas.com/Alsadad Rudi — Dialog antara warga Kalijodo dan komisioner Komnas HAM, di Kantor Kommas HAM, Senin (15/2/2016). Warga mengadu ke Komnas HAM terkait rencana penggusuran yang akan dilakukan Pemprov DKI terhadap tempat tinggal mereka.

.

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku sudah kebal terhadap tudingan yang menyebutkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak manusiawi akibat menggusur beberapa kawasan.

Tokoh kawasan Kalijodo, Daeng Azis, sebelumnya menyambangi Komnas HAM dan mengadukan rencana penertiban Kalijodo oleh Pemprov DKI Jakarta.

“Kalau kami enggak beradab, saya kira di sini (Jakarta) belum ada tanah yang begitu besar di Jakarta kan. Kita dudukin Monas saja sekarang, mau enggak,” kata Basuki di Balai Kota, Senin (15/2/2016).

“Lumayan Monas luasnya 80 hektar atau dudukin Balai Kota saja. Kita gusur dibilang kurang beradab,” kata Basuki lagi.

Rencananya, kawasan Kalijodo akan dikembalikan fungsinya menjadi ruang terbuka hijau.

Penertiban ditargetkan dilaksanakan bulan Februari ini. Basuki pun menyebut tidak ada preman di kawasan Kalijodo.

“Enggak ada preman kok. Kami preman resminya,” kata Basuki.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Penulis: Kurnia Sari Aziza

Editor  : Ana Shofiana Syatiri

ooOoo

Catatan Redaksi Dasar Kita:

Kalimat penutup warita Kompas.com yang, setidaknya bagi kami, sangat menarik.

Sebuah sinyal kuat bagi para pengusung “HAM & demokrasi” yang “naik daun” justru di era Soeharto-SBY, era “Kesaktian-Pancasila” (baca: era Koruptor Terkaya di Dunia) berlanjut  era “transaksional” atawa “demokrasi kriminal” (versi Rizal Ramli).

Dan Bang Ahok, kini di era Trisakti-Masohi/Gotong Royong, satu dari Panca-Azimat (Nasakom, Pancasila, USDEK, Trisakti, Berdikari), dengan sengaja indentifikasi diri sebagai “preman resmi”.

Adalah posisi sangat jelas, seperti halnya Bung Karno berhadapan dengan kaum imperialis, atau hari-hari ini Presiden Assad tinggal menghitung hari untuk “meng-Vietnam-kan” imperialis dari tanah tumpah darah Suriah (ref hlm 70a).

(Dikutip dari 70. Pengantar Redaksi (68) –  14 Februari 2016)

.

Tinggalkan komentar