8a. Tiongkok itu Sosialis (5/6)-Chiang Kai-shek Sang Tercundang, Sang Boneka-14 Mei 2011


Tingkok itu Sosialis (5/6)

Ajar dari Film The Founding of a Republic

.

Ajar Keempat: Sang Tercundang, Sang Boneka

.

.

Seperti Redaksi singgung sebelumnya pada subjudul “Ajar Ketiga: ML Dasar yang Tidak Berubah”—pengeposan bulan lalu 14 April 2011, hlm 7a:

Dan Redaksi harus akui, film FaR miskin atau praktis tak muncul jargon-jargon kaum komunis. Hal yang sepengamatan Redaksi paralel kebijakan negara RRT dalam berbagai sepak terjangnya di dunia internasional. Bisa jadi sejak era Deng Xiaoping. Bisa jadi sebuah tanda “kedewasaan/kematangan” perjalanan sosialisme Tiongkok.

Bisa jadi lantaran … apalagi yang perlu digembar-gemborkan? Kecuali kerja nyata makin keras lagi untuk pencapaian masih jauh dari apa yang tertera dalam  bagian awal Sistem Konstitusional Tiongkok…

Ya, bisa jadi pula, pada film ini.

FaR represen secara berandang. FaR menggambarkan, menunjukkan secara gamblang, kebijakan RRT dimaksud hari-hari ini. Kebijakan RRT yang miskin jargon, tak perlu gembar-gembor kecuali kerja nyata…

FaR yang mengandalkan kekuatan media audio visual, sehingga tak perlu secara harafiah menyebut Chiang Kai-shek sebagai boneka, kaki tangan atau apalah yang sepadan kata-kata itu.

Cukup dengan menghadirkan adegan-adegan subtil lamun secara berandang (gamblang) sejalan kebijakan RRT dimaksud. Penonton pun mudah mafhum (paham): sang tercundang, yang terkalahkan, tak lain adalah sang boneka Amerika.

Itulah, setidaknya ajar yang Redaksi tangkap dari adegan-adegan berikut terkait Chiang sebagai sang boneka.

Adegan Chiang dan Putranya Chiang Ching-kuo

“Chiang, Madam pergi ke Amerika besok, untuk meminta bantuan Presiden Truman. Situasi Timur Laut sangat buruk. Kita butuh bantuan Amerika…” ujar Chiang kalem menutupi kekalutan amat sangat pada putranya Chiang Ching-kuo (diperankan Chen Kun) yang berjalan di sampingnya. DK-FaR Mao-Jiang dan Putranya

Sambil merambat pelan dengan bantuan tongkat di sebuah taman arena terbuka nan luas dan asri berseliweran merpati-merpati putih, bagian dari istana kepresidenan Nanjing. Isteri Chiang yang dikenal sebagai Madam Soong Mei-ling (diperankan Vivian Wu).

Sebuah penyuaragambaran menarik, menonjolkan gaya kepemimpinan  individualistis, nepotisme (mementingkan sanak saudara), ciri-ciri lain lagi dari yang namanya sang boneka. Nyata benar bedanya dengan kaum komunis. Mao yang selalu saja bersama para pemimpin teras partai, “Lima Serangkai” anggota polit biro. Terlebih untuk pengambilan keputusan penting.

Adegan Misi Gagal Madam Soong di Amerika

Dengan cerdik pembuat film FaR menggambarkan posisi sang boneka yang tinggal menunggu waktu dicampakkan sang tuan.

Madam Soong yang meski tiba dengan sedan yang dikawal sedan lain, hanya disambut sorang pegawai beserta dua pengawal di pintu masuk dan agak ke dalam ada juga dua pengawal sigap memberi hormat. Menaiki tangga seorang diri—sempat-sempatnya diselipkan komentar mata keranjang salah seorang pengawal pada kawannya atas tampilan Madam yang seksi. Tak terasa, ini sebuah pelecehan seksual Ibu Negara oleh seorang perajurit rendahan sang empunya boneka! DK-FaR Mao-Madam & Sec of State

Di lantai atas, Madam harus menunggu. Sendirian, berdiri, di ruang luas lengang berkarpet penuh minim perabotan, terpaksa merapat ke jendela memandang iseng ke luar.

Lalu muncul, bukan Presiden Truman tentu saja, tapi Menteri Luar Negeri (Secretary of State) George C Marshall (pidatonya di Universitas Harvard 1947, mematrikan namanya untuk rencana bantuan luar negeri ekonomi dan militer Amerika pasca-Perang Dunia II “Marshall Plan”;  peraih Hadiah Nobel Perdamaian 1953–Red/nobelprize.org).

Langsung saja, beliau (diperankan Donald E McCoy) minta maaf, bahwa keduanya House dan Congress menolak permintaan Madam.

Walau menegaskan Amerika akan tetap membantu sang Jenderal (Chiang, maksudnya), berharap perang sipil di Tiongkok tidak berlanjut. Pak Menteri menyebut Amerika akan lebih berkonsentrasi ke Eropa.DK-FaR Mao-Madam dan Sect of State dekat jendela

Masih dengan subtil, ditampilkan arogansi dan egoistis khas para birokrat-saudagar  tamak. Perilaku khas sang kapitalisme tahap akhir alias imperialisme terlebih atas bonekanya yang korup dan semakin merongrong. Di tengah baru usainya perang dunia yang menguras begitu banyak tenaga, pikiran dan ujung-ujungnya ….

Duit! Ya, di ujung pembicaraan, ternyata bantuan itu bernama duit. Ternyata sudah empat ratus juta dolar yang dikucurkan, yang bagi Chiang masih belum cukup.

Mr Secretary, kami butuh tambahan bantuan, please,” imbuh Madam memelas.

Madam,  tidak ada yang bisa kami lakukan lagi,” jawab Pak Menteri tegas.

Sebuah pembicaraan “tingkat tinggi antarnegara”, berlangsung dekat jendela, sambil berdiri, berdua-duaan, tak bedanya pertengkaran suami-isteri soal uang dapur. Sangat informal sekaligus, menurut hemat Redaksi, sangat menghinakan. Tapi tidak bagi sesosok boneka.

Jadi bukan kejutan, sang tercundang, sang boneka.

ooOoo

Tinggalkan komentar