AYO! BUNG AHOK KASIH TANGAN MARI KITA BIKIN JANJI*

.

Menyambut dan Memeringati 490 Tahun DKI Jakarta 22 Juni 2017 “Beragam, Bersatu, Melayani” serta 51 Tahun Basuki Tjahaja Purnama 29 Juni 2017

.

(*Maaf dan terima kasih kepada para ahli waris/keluarga besar dari pencipta puisi “Persetujuan dengan Bung Karno”, 1948, Chairil Anwar)

.

Oleh Redaksi Dasar Kita

.

AYO! BUNG AHOK KASIH TANGAN MARI KITA BIKIN JANJI …

lanjutkan perjuangan kemerdekaan bagian kedua tegakkan keberagaman-persatuan-pelayanan tidak terbatas Ibukota DKI Jakarta, tapi seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia …

NKRI-17845 rumah kita bersama buah perjuangan, pengorbanan jiwa raga para Pahlawan Kemerdekaan mengusir imperialisme …

berfondasi konstitusi-18845 berikon Garuda ber-Kalung Tameng Pancasila mencengkram Pita Bhinneka Tunggal Ika.

AYO! BUNG AHOK KASIH TANGAN MARI KITA BIKIN JANJI …

dk-76d-ahok-17an
Kompas.com — Kurnia Sari Aziza

lanjutkan perjuangan kemerdekaan bagian kedua tegakkan keberagaman-persatuan-pelayanan tidak terbatas Ibukota DKI Jakarta, tapi seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia …

hakikat kemerdekaan yang Bung Ahok ingatkan “Burung Garuda berdiri gagah di depan burung elang Amerika Serikat, ketika pita Bhinneka Tunggal Ika dan tameng Pancasila tidak terlepas” …

praksiskan tekad Jakarta menyongsong usia 4,9 abad — “Beragam-Bersatu-Melayani” — dengan langkah-langkah prioritas-ideologis-strategis ber-“keadilan sosial” down-to-earth tanah-laut-udara Ibu Pertiwi dalam “Doa Ahok 2016: Otak, Perut dan Dompet Penuh”

dk-68a-3-7-impian-jkw-2

Dok. Setpres

sebuah ikhtiar menuju Jakarta metropolis dunia, Ibukota salah satu negeri akbar dunia, ikut menjadikan sebuah Indonesia bangsa yang adil, makmur dan bermartabat di mata internasional seturut 7-impian Presiden Joko Widodo:  “Impian Indonesia 2015-2085”.

AYO! BUNG AHOK KASIH TANGAN MARI KITA BIKIN JANJI …

lanjutkan perjuangan kemerdekaan bagian kedua tegakkan keberagaman-persatuan-pelayanan tidak terbatas Ibukota DKI Jakarta, tapi seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia …

ketika Bung Ahok tunjukkan apa itu sikap Pancasilais Sejati — pisahkan dengan jelas politik dan religiositas palsu pembungkus moralitas korup — dalam laku bukan cuma ucap: “Nanti Cerita Sama Cucu, Ada Gubernur Berani Lawan Semuanya”; sendirian melawan para “wakil rakyat” penitip anggaran siluman tak pernah dibui, selalu lolos jeratan hukum … perlawanan konsisten prinsip dianut “Ikan mati itu ikuti arus, ikan hidup hadapi arus”.

AYO! BUNG AHOK KASIH TANGAN MARI KITA BIKIN JANJI …

lanjutkan perjuangan kemerdekaan bagian kedua tegakkan keberagaman-persatuan-pelayanan tidak terbatas Ibukota DKI Jakarta, tapi seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia …

ketika Bung Ahok sesungguhnya sedang melakoni “rahasia Persatuan”-nya Bung Karno saat menjawab tanya seorang siswa Maarif Institute. “Saya sering ditanya kenapa saya lebih sehat sekarang. Senang dalam hati saya sekarang mengalahkan perasaan senang pas perusahaan saya dapat untung, sekarang bahagia lebih banyak memberi daripada menerima.” [Cetak tebal dari kami sekalian untuk link  acuan — Red DK] …

“Kita harus bisa menerima tapi juga kita harus bisa memberi. Persatuan tak bisa terjadi, kalau masing-masing pihak tak mau memberi sedikit-sedikit pula. Inilah rahasianya Persatuan itu. [Cetak tebal dari kami kecuali di di bawah ini aslinya renggang antar-huruf].

Dan jikalau kita semua insaf, bahwa kekuatan hidup itu letaknya tidak dalam menerima tetapi dalam memberi; jikalau kita semua insaf bahwa dalam percerai-beraian itu letaknya benih perbudakan kita; jikalau kita semua insaf, bahwa permusuhan itulah asal kita punya “via dolorosa” [Jalan Kesengsaraan, diyakini jalan dilalui Yesus sambil memanggl salib menuju Kalvari]; jikalau kita insaf, bahwa Roh Rakyat Kita masih penuh kekuatan untuk menjunjung diri menuju Sinar yang Satu yang berada di tengah-tengah kegelapan-gumpita [kegelapan-gulita] yang mengelilingi kita ini, — maka pastilah Persatuan itu terjadi, dan pastilah Sinar itu tercapai juga.

Sebab Sinar itu dekat! 

[Ir Soekarno, 1926]

AYO! BUNG AHOK KASIH TANGAN MARI KITA BIKIN JANJI …

lanjutkan perjuangan kemerdekaan bagian kedua tegakkan keberagaman-persatuan-pelayanan tidak terbatas Ibukota DKI Jakarta, tapi seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia …

ketika Bung Ahok serahkan jiwa dan raga demi NKRI, legowo  menerima hasil 194 (Pilkada DKI II 19/4/2017), hasil 95 (Keputusan Pengadilan kasus BTP 9/5/2017: 2 tahun penjara) berujung di Depok (Rumah Tahanan Mako Brimob), bahkan memutuskan batal naik banding (22/5) menyusul aksi dua “pengantin” (bom bunuh diri) bersamaan pawai-obor menyambut Ramadhan (tapi mengerikan) anak-anak yang berteriak “bunuh-bunuh si Ahok” dalam langgam lagu Menanam Jagung di Kebun Kita di Kampung Melayu, Jakarta, malam 245 …

DK-91a-pawai obor Jkw
(Foto: inilahcom/Ray) [“Jokowi Gelar Pawai Obor di Lingkungan Istana” inilah.com-Ray Muhammad, 12/6/2017 20:32 — Red DK]

serangkaian adegan lakon absurd ala teater jadul pentas Rendra “Menunggu Godot” (Samuel Beckett) dengan klimaks “pengantin” Kampung Melayu — justru dijadikan “antiklimaks” bagi Jokowi (lihat bawah) dengan ikon asimetris pawai obor Islami di Istana (foto atas) — baru saja berlalu, minus “rasa puitis” tentu saja. Lamun bukan di panggung teater Taman Ismail Marzuki, Jakarta tetapi di kehidupan riil politik Indonesia memasuki kwartal kedua 2017, abad XXI …

“mereka yang telah merampas pedang dari tangan Tuhan” (pinjam Martin Aleida, 2014 Cet III: 157) malahan kebelet ingin menebas leher Bung Ahok.

Sebuah wujud absurditas yang tentunya sangat berbeda dengan “sense penderitaan metafisik pada kondisi absurditas manusia” versi Martin Esslin penulis buku “The Theatre of the Absurd”.

Mereka adalah aktor-aktor kehidupan riil perlehatan absurd itu yang tengarai kami (ref Inessa Sinchougova/Putin Hlm 88a.1 & Hlm 88a.2) di bawah arahan dedengkot absurd, sang Sutradara kawakan mancanegara yang kaya pengalaman intervensi Dunia Ketiga sejak PD II (ref William Blum): Deep State! Financial Empire, sang imperialis! DS yang berbisnis absurd “war, riot & regional crisis” (ref Jend Qiao Liang: OBOR).

AYO! BUNG AHOK KASIH TANGAN MARI KITA BIKIN JANJI …

lanjutkan perjuangan kemerdekaan bagian kedua tegakkan keberagaman-persatuan-pelayanan tidak terbatas Ibukota DKI Jakarta, tapi seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia …

tetapi Indonesia kini beruntung punya “Soekarno Abad XXI” Jokowi yang sigap menghadang para aktor absurd itu!

Hentikan langkah para begundal DS dengan jurus ala pesilat setingkat-Guru memanfaatkan tenaga lawan (aksi “pengantin” Kampung Melayu yang menjadi “antiklimaks” bagi Jokowi) sambil “memasukkan kodok dalam panci air dingin di atas nyala kompor”.

Digenapi afirmasi ideologi 18845: “Saya Indonesia, Saya Pancasila”. Bersamaan dibentuk think tank urusan ideologi Pancasila: Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP).

Jadinya begundal-begundal DS itu pun tidak langsung digebuk ala junta militer Suharto. Tapi stigmanya kini adalah “kelompok Islam anti-NKRI-18845”, apapun hubungannya dengan organisasi-organsasi agamais di luar NKRI yang entah diciptakan, didukung atau dipengaruhi entitas DS itu, sang imperialis dengan bisnis-absurdnya** itu: war, riot & regional crisis. DK-91a-Ahok Kasih Tangan-

**Masih ingat, kapal induk USS Carl Vinson yang — “kebetulan nyasar” ribuan mil ke Selat Sunda dari rutenya semula “konon” ke Semenanjung Korea terkait isu nuklir Korea-Demokratis — bisa berbarengan Wapres AS Mike Pence tiba Jakarta sehari pasca-Pilkada DKI II -194/19-4-2017. (Ref Ben Westcott, CNN, 20/4/2017Kompas.com, 20/4/2017).

DK-91a-Ahok Kasih Tangan-03Menjadi jelas teridentifikasi! Mereka yang kemarin ingin makar, menggulingkan Jokowi sambil mengayun-ayunkan “pedang yang dirampas dari tangan Tuhan” — metafora puitis Martin Aleida yang “menggenapi” absurditas kaum ini. Ruang geraknya pun kini kian terbatas.

Jokowi sedang konsisten dengan pernyataannya di Islamic American Summit, Arab Saudi akhir Mei 2017 lalu dihadiri Presiden Trump: pendekatan Soft Power — konteks Islam Moderat. (Simak/klik warita terbarui wawancara Menag-Gatra: hlm 91c).

Menag Lukman-Gatra-et sahal undersore AS-01
Roh Pancasila dari Agama [Wawancara Menag Lukman Hakim Saefuddin dengan Majalah Gatra] (Kicauan Akhmad Sahal*

AYO! BUNG AHOK KASIH TANGAN MARI KITA BIKIN JANJI …

lanjutkan perjuangan kemerdekaan bagian kedua tegakkan keberagaman-persatuan-pelayanan tidak terbatas Ibukota DKI Jakarta, tapi seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia …

bukan semata Jokowi dan kita semua kini menjadi jelas siapa yang harus dihadapi dalam 2,5 tahun ke depan agar terjamin ajeknya pemrosesan menggapai tujuan RI-Hebat Masyarakat Adil dan Makmur pada term kedua: JOKOWI UNTUK 2019 …

tetapi Bung Ahok adalah “bukti” kebenaran pandangan jauh ke depan para Bapak Bangsa Pendiri NKRI ketika menetapkan sistem semi-presidensial (Presiden RI: Mandataris dari MPR sebagai locus of power) dalam UUD 1945. Dengan ciri menonjol “Sistem Terbuka Terbatas”: rakyat memilih parpol bukan orang/sosok — hal yang telah diusulkan Jokowi dalam draf RUU Pemilu di DPR — … (data terbarui ditolak DPR tapi Presidential Treshold yang “menguntungkan” pemerintah berkuasa disetujui) …

berbeda “Sistem Proporsional Terbuka” (pemilu langsung) produk konstitusi gadungan UUD 2002 hasil intervensi DS, memaksa mayoritas publik pemilih di negeri-negeri Dunia Ketiga seperti di negeri kita tercinta ini, berkesadaran politik “instan”. Rentan menjadi subjek kampanye, khususnya — dalam Pilkada DKI II 2017 — di rumah-rumah ibadah yang berfungsi nyaris sepanjang hari …

Bung Ahok pun tumbang ditengarai banyak pihak bukan lantaran tawaran program-kerja tetapi para begundal “perampas pedang dari tangan Tuhan” itu yang “bergiat” di rumah-rumah ibadah berbarengan “sang kafir” diadili karena tuduhan “seksi” menista kitab suci …

“demokrasi” versi DS pun justru oleh para begundalnya telah ditunjukkan keorisinalitasnya! Tak beda, di Irak pasca-Saddam, Libia pasca-Khadafi, tapi “kena batu”-nya di Suriah-Assad …

tak pelak, DS pun kembali merepetitif politik jadul era kolonial yang sukses besar itu, devide et impera. Dengan melansir isu keyakinan dan etnik dan last but not least … isu komunis.

Dan kami punya feeling yang kami yakini sudah menjadi bagian jurus politiknya Jokowi, yakni preseden munculnya begundal DS dari kalangan militer. Kisah Supersemar di era Kudeta Merangkak atas Soekarno yang berubah menjadi “transfer of authority“.

Di titik kala sejarah kita ini Bung Ahok adalah pejuang sejati perjuangan kemerdekaan Jilid-2 .

Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama di era perjuangan Kemerdekaan Bagian Kedua Abad XXI ini laiknya duo Proklamator Soekarno-Hatta.

AYO! BUNG AHOK KASIH TANGAN MARI KITA BIKIN JANJI …

lanjutkan perjuangan kemerdekaan bagian kedua tegakkan keberagaman-persatuan-pelayanan tidak terbatas Ibukota DKI Jakarta, tapi seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia …

seperti greget menggelora karya susastra penyair besar kita Chairil Anwar yang bikin janji, persetujuan dengan Bung Karno.

Komitmen menyatunya rakyat revolusioner dengan pemimpin revolusinya untuk berjuang bersama mencapai cita-cita revolusi Indonesia yang belum selesai pasca-17 Agustus 1945:

Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

[Kutipan baris-baris penutup “Persetujuan dengan Bung Karno” karya Chairil Anwar, 1948]

.

ooOoo