Amanat PJM Presiden Soekarno pada Pelantikan/Penyumpahan Mayor Jenderal KKO Ali Sadikin Menjadi Gubenur/Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya, Istana Negara, Jakarta, 28 April 1966*

.

(Pengambilan sumpah telah dilakukan—peny.)

Saudara-saudara sekalian,

Beberapa saat yang lalu alhamdulillah Sudara Mayjen Ali Sadikin telah mengucapkan sumpah menjadi Gubernur/Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta, menjadi Gubernur Jakarta.

Wah, itu bukan pekerjaan yang mudah.

Dalam hal mengangkat walikota-walikota daripada beberapa kota, saya sering mengalami kekecewaan. Sesudah saya angkat, yang tadinya saya kira dan saya anggap walikota itu dapat dapat menjalankan tugasnya sebagai walikota dengan cara yang baik, kiranya tidak memuaskan.

Misalnya, saya pernah mengangkat seorang walikota yang dulu sebelum saya jadikan walikota, wah seorang pamong praja yang gemilang, yang baik sekali, seorang bupati yang sebagai bupati boleh dikatakan jempol sekali. Diusulkan kepada saya supaya orang ini saya angkat menjadi walikota daripada sesuatu kota. Saya angkat. 

Kemudian setelah beberapa bulan dia menjalankan kewajibannya sebagai walikota, ternyata amat, atau setidak-tidaknya mengecewakan. Oleh karena menjadi walikota itu lain, Saudara-saudara, dengan sekadar memamongprajai penduduk daripada kota itu.

Walikota dari pada sesuatu kota harus memenuhi beberapa syarat teknis yang sangat sulit. Harus mengetahui, misalnya, city planning, harus mengetahui hal accyneering [engineering, mungkin maksudnya – Red DK]; harus mengetahui hal persoalan-persoalan lalu lintas, harus mengetahui hal hygiene, harus mengetahui hal sampah, harus mengetahui hal selokan; harus mengetahui hal pertanian, etc, etc.

Lha ini walikota yang saya angkat, yang saya ambil sebagai contoh tadi, yaitu sebagai pamong praja yang bukan main bagus sekali, tetapi sebagai walikota dia gagal. Sebab dia tidak tahu-menahu tentang city planning yaitu, di mana tempat industri, mana tempat kediaman, mana tempat pasar, mana tempat etc, etc, etc. Tidak tahu tentang urusan accynering, tidak tahu tentang urusan selokan-selokan, tidak tahu tentang verkeerproblemen 〈1〉, tidak tahu tentang hal hygiene. Jadi dia gagal sebagai walikota.

———

〈1〉 Persoalan lalu-lintas.

Saya ganti. Barangkali ini baik saya ambil dari militer. Kiranya si militer itu pun gagal. Hei snapt er geen lor van 〈2〉. Sebagai walikota lo. Sebagai militer dia orang yang gemilang, tetapi untuk menjadi walikota Hei snapt er geen lor van.

———

〈2〉 Ia tak mengerti sedikit pun.

Nah, mengenai Jakarta, Jakarta ini bukan saja Ibukota daripada Republik Indonesia. Ibukota yang saya lo, yang menetapkan beberapa tahun yang lalu, bukan saja itu ucapan saya ini, satu kota yang penduduknya 4 juta. Sama Hongkong barangkali, total jenderal penduduknya masih banyak Jakarta.

Jakarta ini salah satu political center. Jakarta ini adalah communication center. Jakarta ini adalah membawa problem-problem yang hebat sekali. Problem-problem yang sebut tadi. Mana selokan, mana sampah, mana city planning, mana lalu lintas, etc, etc.

Saya cari-cari orang, cari-cari orang, cari-cari orang. Nah, saya punya pilihan jatuh kepada Mayjen KKO Ali Sadikin.
Dus, Ali Sadikin, als ja maar weet 〈3〉 engkau mengalami banyak kesulitan.

———

〈3〉 Asal kamu tahu saja.

Apalagi, nah apalagi lo, Jakarta ini sebagai Ibukota Republik menduduki satu tempat yang istimewa di kalbu saya. Saya amat, kata orang Jawa kikrik. Bahasa Indonesia kikrik itu apa? Cermat atau, ya, cermat ?! Saya amat kikrik. Saya tidak bisa melihat sampah. Saya juga tidak bisa melihat selokan yang buntu.

Terus terang saya, kemarin dulu saya panggil dua orang dari Kotapraja.Saya tidak sebut namanya. Dan saya donder [donder, mendonder, memarahi: KBBI daring/online—Red DK], oleh karena saya melihat beberapa tempat jalan-jalan Jakarta ini pada waktu hujan tergenang air, di jalan itu, hampir setinggi lutut. Lantas saya donder apa yang dulu pernah yang donder-kan setahun lebih yang lalu.

Kalau sedang hujan, pejabat kota lo ini, kalau sedang hujan jangan tinggal di rumah, keluarlah. Lihat, mana jalan-jalan airnya tidak bisa mengalir. Mana jalan-jalan airnya tergenang.

Sepertinya lo ini, bagaimana kita bisa melihat rumah bocor atapnya atau tidak, kalau tidak pada waktu hujan kita masuk rumah itu, lantas memperhatikan mana yang bocor. Jangan kita mencari bocor itu kalau sudah hujan terang. Pada waktu hujan, kita masuk rumah itu, lantas kita melihat, o itu bocor, o situ bocor, o situ bocor, o di situ atapnya harus kita perbaiki.

Lantas saya bilang pada saudara-saudara yang saya donder itu, keluarlah kalau pada waktu hujan, melihat jalan yang tergenang airnya, dan sebagai pemecahan sementara, saya bilang sudet [sudet, menyudet, pembelokan aliran air: KBBI daring/online—Red DK]. Sudet itu apa? Ini jalannya, ini sisi jalan, ini sisi jalan, situ tanah rendah, situ tanah rendah, lha dari jalan ini bikinlah sudetan.

Prajogi [Soeprajogi: Menteri Pekerjaan Umum sebelum Ir Sutami—Red DK] dulu juga pernah saya anjurkan kepadamu, bahkan donder-kan kepadamu perkara ini. Sudet, sudet, desnoods 〈4〉 dengan pacul buat sementara, supaya sang air itu keluar dari jalan ke tempat yang rendah. Sebab, manakala air yang tergenang, kulit asphalt itu akan terbongkar, lantas rusak itu jalan.

———

〈4〉 Kalau perlu.

Saya ulangi, saya kikrik, saya tidak bisa melihat barang-barang begitu. Tidak bisa melihat sampah.

Perkara sampah, Saudara-saudara tadi ketawa. Nah, saya tidak berkata ini soal mudah, tidak.Tetapi adalah salah satu tugas daripada pemerintah kota yang membuat kotanya itu bersih daripada sampah.

Nah, orang yang bisa mengerti demikian ini harus dijadikan walikota. Jangan orang yang cuma mengerti hal bertuursvoering [bestuursvoering: lapisan/tingkat pamong praja—Red DK] dijadikan walikota.

Demikianlah, Saudara-saudara, maka saya harap Gubernur baru Mayjen KKO Ali Sadikin supaya menanggulangi persoalan ini sebaik-baiknya.

Apa sebab saya pilih dari seorang dari Angkatan Laut? Angkatan Laut KKO. Oleh karena Jakarta ini kota pelabuhan. Jakarta ini lain daripada Bandung, lain daripada Sala, Jakarta ini kota pelabuhan. Sebaiknya saya jadikan Gubernur daripada Jakarta satu orang yang tahu urusan laut, tahu urusan pelabuhan.

Dan Jakarta ini,Saudara-saudara, adalah pusat daripada pemerintahan. Di sini berkumpul semua diplomaten, duta-duta besar, charge d’ affaires-charge d’ affaires. Saya minta supaya Gubernur kota [Jakarta — Red DK] bisa menghadapi, bahkan meladeni diplomatic corps di sini. Saya cari-cari orang; wah, baiknya ini Ali Sadikin.

Apalagi Ali Sadikin mempunyai istri yang rupanya bia meladeni, menghadapi diplomatic corps. Karena itu salah satu sebab pemilihanku kepada Pelaut Ali Sadikin ialah, inilah. Engkau harus bisa meladeni diplomatic corps dengan bantuan istrimu yang aku yakin pandai juga meladeni diplomatic corps.

Pendek [kata — Red DK], segala faktor, faktor, faktor, faktor sudah saya kumpulkan di dalam saya punya mind, sebelum saya menentukan siapa dijadikan Gubernur Jakarta Raya ini. Orang yang mengerti sampah, orang yang mengerti selokan, orang yang mau donder perkara verkeerproblemen..

Ada, ada lagi yang ditakuti dari Ali Sadikin itu apa? Ali Sadikin itu orang yang keras. Orangnya keras, dalam bahasa Belandanya malah ada yang berkata die koppige vent, koppige 〈5〉. Saya kira dalam hal mengurus kota Jakarta Raya ini baik juga een beece koppigheid 〈6〉. Baik juga.

——

〈5〉 Si keras kepala itu.

〈6〉 Sedikit keras kepala.

Apalagi ndoro den ayu-ndoro den ayu sudah tahu, tidak boleh membuang sampah semau-maunya di muka rumah di pinggir jalan, tapi ndoro den ayu-ndoro den ayu toh menaruhkan sampahnya di pinggir jalan. Nah, itu perlu dihadapi oleh seorang yang sedikit keras, yang sedikit koppig.

Pendek kata, saya harap daripada Mayjen KKO Ali Sadikin, engkau masih tetap lo Mayjen KKO Ali Sadikin, Mayjen KKO, saya harap agar supaya Saudara, saya berkata engkau, oleh karena engkau kawanku, engkau bisa menanggulangi segala problemen daripada kota besar Jakarta Raya ini.

Sekarang ini, misalnya ya, ada saja orang yang tidak mau mengerti bahwa kota besar Jakarta ini harus mempunyai physical face yang waardig 〈7〉 bagi bangsa kita yang 105 juta besarnya ini.

———

〈7〉 Berwibawa.

Tidak mau mengerti lo, kenapa kok jalan Thamrin itu harus begitu, tidak mau mengerti kenapa ini jalan Sudirman akan diubah bentuknya, tidak mau mengerti ada Masjid Istiqlal nanti kok sehebat itu, tidak mau mengerti kok Lapangan Merdeka dijadikan satu lapangan yang hebat, yang terbesar di seluruh dunia dengan di tengah-tengahnya diadakan Tugu Nasional.

Ada orang yang tidak mengerti hal itu. Malahan ada orang yang berkata, lebih baik uang buat membikin Tugu ini, yang notabene dari rakyat, dipakai untuk irigasi.

Lha Jatiluhur itu apa? Lha Karangkates itu apa? Lha Waduk Cacaban itu apa? Lha proyek-proyek di Kalimantan Selatan itu apa? Itu malahan adalah usaha daripada pemerintah untuk kebutuhan-kebutuhan kaum tani.

Lha, ya tetapi toh masih tetap itu fakta, uang yang dipakai oleh Tugu Nasional itu, meskipun bukan uang dari budget pemerintah, tetapi uang dari rakyat, lebih baik dipakai untuk kepentingan tani, kepentingan pangan.

Kepada seluruh rakyat Indonesia, bahkan kepada seluruh dunia, saya berkata saya ini kecuali juga harus memikirkan pangan rakyat, harus juga membentuk bangsa, membentuk negara, baik fisik maupun mental.

Pak Leimena, benar apa tidak, misalnya di dalam kitab Injil ada tertulis, ya engkau juga Frans Seda, de mens leeft niet van brood alleen. De mens leeft niet van brood alleen, manusia tidak dapat hidup dari makanan tok. Tulis wartawan, manusia tidak dapat hidup dari makanan tok! Dari makanan tok. Agama Islam juga sering menyebut perkataan tamadun. Pak Mul, tamadun, apa tamadun itu soal pangan tok? Tidak.

Saya sebagai orang yang ditugaskan, dan memang saya punya isi jiwa dari muda, dari muda mulai ingin membangun, membentuk bangsa ini, bersama-sama dengan bangsa, ingin menjadi nation builder.

Saya tidak ingin membentuk bangsa Indonesia yang cuma memikirkan isi perut tok! Bangsa Indonesia terbentuk dari isi perut tok! De mens leeft niet van brood alleen. Een volk leeft niet van brood alleen. Een natie leeft niet van brood alleen. De mens leeft niet van brood alleen. Saya tidak mau membentuk bangsa yang cuma pikir, yang dipikir itu cuma makanan, makanan, pangan, pangan saja.

Saya akan bekerja mati-matian untuk memberi cukup pangan bagi bangsa Indonesia, bersama-sama dengan semua pemimpin dan pembantu-pembantu saya. Saya bekerja mati-matian untuk memberi kepada bangsa Indonesia sandang yang secukupnya.

Tapi di samping pangan, di samping sandang, saya mau membuat bangsa Indonesia itu juga satu bangsa yang leeft niet van brood alleen, yang mempunyai harga diri, yang mempunyai isi mental yang tinggi, yang mempunyai national pride yang tinggi.

Coba, coba, coba, coba! Saya ini juga sebagai menusia, sebagai pemimpin mempunyai permohonan kepada Allah Swt., kalau saya nanti mati, moga-moga bangsa Indonesia ini mempunyai sesuatu hal, salah satu, yang bisa memenuhi national pride yang tinggi.

Saya tidak ingin jikalau saya mati, lantas rakyat Indonesia ini mempunyai kenang-kenangan, ingatan, wah waktu Bung Karno kami cukup makan. Waktu Bung Karno itu dulu kami cukup makan.

Apa manusia itu cuma makan saja. Saya ingin jikalau saya mati nanti, meninggalkan tanah air Indonesia ini, ada juga hal yang oleh bangsa Indonesia itu bisa di … , ya, kita ini bangsa yang besar, ya kita ini mempunyai kebanggaan ini, kebanggaan itu.

Engkau Ali Sadikin, sebagai Gubernur daripada Daerah Istimewa Jakarta ini, daerah khusus, jangan lupa hal itu. Ingatlah bahwa Jakarta adalah Ibukota Republik Indonesia.

Buatlah Jakarta ini kebanggaan daripada seluruh rakyat Indonesia, dan bukan saja kebanggan daripada seluruh rakyat Indonesia, tetapi kekaguman daripada seluruh umat manusia di dunia ini.

Jangan nanti ada orang asing menulis, daar tussen Azie en Australie, tussen de Pacific en de Indonesiche Ocean leeft en volk dat alleen denkt aan eten. 〈8〉

———

〈8〉 Di sana, di antara Asia dan Australia, di antara Samudra Pasifik dan Samudra Indonesia, hidup suatu bangsa yang hanya memikirkan makanan.

Kita mendoa agar supaya nanti orang asing menulis, daar tussen Azie en Australie, tussen de Pacific en de Indonesiche Ocean leeft en volk, een natie met een hoge mentaliteit als natir. Een natir die heeft dingen om er trots op te zijn.〈9〉

———

〈9〉 Di sana, di antara Asia dan Australia, di antara Samudra Pasifik dan Samudra Indonesia, hidup suatu bangsa, suatu nation [nasion — Red DK] dengan mental yang luhur. Suatu bangsa yang dapat membanggakan prestasinya.

Makanan itu, Ali Sadikin, ini hari engkau bisa kenyang, besok engkau bisa lapar. Makanan perutmu itu tidak engkau bawa ke alam baka. Tetapi ada hal-hal lain yang akan engkau bawa ke alam baka, yaitu ingatan, national pride, barang-barang yang abadi.

Sebagaimana telah dikatakan oleh pemimpin-pemimpin besar daripada negara-negara yang lain. Hal-hal abadi, yang bisa disaksikan oleh the next generation, oleh anak-anakmu, oleh cucu-cucumu, oleh bangsa Indonesia di tahun 2500 dan moga-moga di tahun 3000, ini bukti bahwa bangsa Indonesia mempunyai tanda-tanda hidup yang mengagumkan.

Sebagai Firaun, saya tidak sehaluan dengan Firaun. Firaun berkata tatkala membuat piramida, de sterren zullen overtien duizend jaar nog getuigen van onze grootheid. 〈10〉

———

〈10〉 Seribu tahun lagi bintang-bintang di langit akan bersaksi atas kebesaran kita.

Saya tidak membenarkan alam pikiran Firaun yang agamanya salah, tidak. Tetapi dia punya ucapan de sterren zullen overtien duizend jaar nog getuigen van onze grootheid.

Saya menghendaki juga agar supaya bintang-bintang di langit seribu tahun lagi, dua ribu tahun lagi,lima ribu tahun lagi, sepuluh ribu tahun lagi masih menyaksikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Jangan pun seribu tahun lagi, hari esok, urusan perut itu bisa hilang.

Tapi aku ulangi, salah satu kewajiban kita adalah memikirkan dan memenuhi kebutuhan perut ini. Dan tadi saya telah berkata, insya Allah Swt., I am giving my all, segala tenaga dan minat yang ada pada diriku ini aku berikan untuk memberi kepada bangsa Indonesia cukup sandang, cukup pangan.

Tetapi di samping itu aku ingin jikalau diridai oleh Allah Swt., dan aku yakin akan rida Allah Swt., akan memberikan kepada bangsa Indonesia hal-hal yang masih nanti disaksikan oleh bintang-bintang di langit seribu tahun lagi, dua ribu tahun lagi, jikalau mungkin sepuluh ribu tahun lagi.

Cita-citaku mengenai kota Jakarta sekarang akan saya supplant 〈11〉 kepadamu, supplant sebagian daripada aku punya kalbu ini seperti saya iris, saya masukkan di dalam kalbumu, Ali Sadikin.

———

〈11〉 Tanamkan.

Itu bukan pekerjaan yang gampang memenuhi cita-cita, cita-cita yang besar, bukan pekerjaan yang gampang. Tetapi insya Allah Swt., doe ye best agar supaya engkau dalam engkau memegang kegubernuran Jakarta Raya ini benar-benar juga sekian tahun lagi masih orang mengingat, die heeft Ali Sadikin gedaan, inilah perbuatan Ali Sadikin.

Bismillah, mulailah engkau punya pekerjaan. [ ]

.

* Dikutip dari “Revolusi Belum Selesai” Kumpulan Pidato Soekarno 30 September 1965-Pelengkap Nawaskara, Penyunting Budi Setiyono dan Bonnie Triyana, PT Serambi Ilmu Semesta, 2014: 495-502.

.

(Untuk “argumen” Redaksi Dasar Kita memuat utuh pidato Soekarno ini simak Edisi 22 Juni 2015/488 Tahun Jakarta; juga silakan simak pengeposan terbarui “AHOK UNTUK PILKADA DKI 2017” / hlm 59)

.

Simak rangkaian  Pengeposan Khusus:

Edisi 1 Juni 2015/70 Tahun Pancasila

Edisi 8 Juni 2015

Edisi 15 Juni 2015

Edisi 22 Juni 2015/488 Tahun Jakarta

Edisi 29 Juni 2015

Edisi 6 Juli 2013

Edisi 13 Juli 2013

Edisi 20 Juli 2015

Edisi 27 Juli 2015

Edisi 3 Agustus 2015

Edisi 10 Agustus 2015

Edisi 17 Agustus 2015

 

Tinggalkan komentar