5a. Tiongkok itu Sosialis (3/6)-Nonkekerasan & Gotong Royong (Masohi) Politik-14 Februari 2011


Tiongkok itu Sosialis (3/6)

Ajar dari Film The Founding of a Republic

.

Ajar Pertama & Kedua: Nonkekerasan & Gotong Royong (Masohi) Politik ala Tiongkok

(Bagian Ketiga/Terakhir dari Tiga Sub Tulisan)

.

Seperti Redaksi singgung sebelumnya, pembuat film FaR (The Founding of a Republic) konsisten dengan maksud dibuatnya film ini.

FaR yang diniatkan, Redaksi ulangi, disamping untuk memeringati 60 tahun RRT, juga untuk memeringati 60 tahun KKPRT, Konferensi Konsultasi Politik Rakyat Tiongkok yang Pertama (atau “yang Baru”, dibedakan dengan KKPRT versi Chiang “yang lama”). Atau sebutan Redaksi, Masohi (Gotong Royong) Politik ala Tiongkok yang Pertama.

Artinya, film FaR memang kisah tentang kedua maksud itu. Selalu saja ditampilkan adegan menyangkut kedua tujuan dibuatnya film tersebut.

Malah, mencolok sekaligus menarik.

Bahwa adegan pembuka FaR, seperti pernah disinggung, adalah pertemuan Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan Kuomintang (KMT) di Chongqing, 28 Agustus 1945. Cikal bakal KKPRT yang Pertama. Masohi Politik ala Tiongkok yang Pertama, akhir September 1949, menghasilkan dasar bagi sebuah negara baru.

Dan adegan penutup adalah  bendera lima bintang kuning berlatar merah tua berkibar-kibar dengan teks: 1 Oktober 1949, berdirinya Republik Rakyat Tiongkok (disadur Redaksi dari teks bahasa Inggris).

“Kekerasan” Mao berlanjut Masohi … : Slogan di Hari Buruh

Seperti pernah disinggung dalam tulisan sebelumnya, simak hlm 4a. Tiongkok itu Sosialis (2/6) … atau klik ini.

“Kekerasan” Mao berbuah direbutnya kembali Yan’an pada Mei 1948; markas PKT yang dibombardir 14 bulan sebelumnya (Maret 1947) dan kaum komunis memilih evakuasi.

Menyusul kemenangan menentukan di Huaihai, Januari 1949; kemenangan Revolusi Tiongkok!

Lamun berbeda dengan Chiang Kai-shek yang terus merangsek dengan kekerasan. “Kekerasan” Mao berlanjut (upaya menggelar) Masohi Politik ala Tiongkok alias KKPRT.

Apalagi pada Januari 1949 itu pula, Jenderal Fu Zuoyi dari pihak KMT menyerah, yang diadegankan dalam film FaR—sebagian besar secara dokumenter—dengan diberi teks: Januari 1949, menyerahnya Fu Zuoyi memfasilitasi pembebasan Beiping (Beijing, sekarang–Red) secara damai serta persidangan KKPRT yang Baru. (Diindonesiakan Redaksi dari teks bahasa Inggris).

Malah tidak lama setelah evakuasi dari Yan’an (musim semi 1947) Mao sudah melansir keinginan itu. “Mendirikan Tiongkok baru, yang damai, demokrasi dan independen,” tulis James Pinckney Harrison dalam bukunya “The Long March to Power” (Praeger  Publishers, Inc., New York, USA, 1972, hlm 428).

Meski setahun kemudian menurut Harrison Mao menyatakan situasinya belum matang untuk sebuah ‘Pemerintah Rakyat pusat’, tetapi…

Setelah “terpilih” menjadi Presiden Republik Tiongkok di Nanjing (April 1948), Chiang Kai-shek menerbitkan slogan ditujukan pada PKT.

Sebuah adegan FaR memerlihatkan reaksi keras Mao atas slogan Chiang tersebut dalam salah satu pertemuan para petinggi teras PKT di Chengnanzhuang, Baoding, Heibei. Lagi-lagi Mao menyinggung pemerintahan koalisi.

…Tidak ada yang perlu dibicarakan. Singkirkan “panjang umur Mao” di klausul 23 slogan. Biarkan Chiang menjadi kaisar. Aku tidak mau bergabung partainya…

Masih dalam posisi berdiri Mao menjemput kertas slogan tersebut dari tangan Ren Bishi, lalu mengutipnya sebagian dan berkomentar:

Klausul 5 menyebutkan: “kelas pekerja itu tidak pantas.” Kita harus memaksakan pemerintahan koalisi…

Seraya memberikan kertas slogan tersebut kepada Zou Enlai, Mao duduk kembali sambil meneruskan:

Itu buruk untuk bernyanyi dalam nada berbeda. Aku setuju amendemen (sambil mengangkat tangan kanannya—Red). Ayo kita angkat tangan (yang lainnya pun ikut mengangkat tangan—Red)…

(Menarik bahwa pembuat film FaR menyuaragambarkan seseorang di antara peserta dalam rapat penting itu yang tidak mengangkat tangannya, acuh tak acuh, merokok pula.)

…tetapi, lanjut Harrison masih di hlm 428 bukunya, pada 1 Mei 1948, Partai mengeluarkan slogan menganjurkan “KKPRT yang Pertama” untuk mendirikan sebuah pemerintahan koalisi demokratis…

Salah satu adegan film FaR, memerlihatkan seorang perempuan muda penyiar Radio Xinhua membacakan slogan dimaksud…

Siaran Radio Xinhua. Siaran Radio Xinhua. Slogan PKT pada Hari Buruh 1 Mei. Pertama, pada Hari Buruh tahun ini, adalah hari orang Tiongkok meraih kemenangan. Kedua, Hari Buruh tahun ini, adalah hari musuh rakyat Tiongkok Chiang Kai-shek menemui ajalnya…

Kelima, semua partai dan organisasi demokratis akan segera diundang pada KKPRT, untuk mendiskusikan dan memilih para delegasi dalam menata sebuah pemerintahan koalisi

Masih di bulan Mei 1948 itu, diadegankan dalam FaR, PKT bergerak menuju Xibaipo.

Dalam perjalanan inilah, PKT mendapat telegram. Isinya, yang dibacakan oleh Zou Enlai lalu diserahkan pada Mao Zedong, tanggapan sangat positif atas slogan 1 Mei.

Partai-partai, ujar Zou, telah membubuhi tanda tangan pada nama-nama mereka.

Oh ya, tanya Mao seolah tak percaya sambil meraih dan membaca telegram itu lantas menimpali, wah kejutan!

Situasi, tanggap Zou, makin jelas; LDT (Liga Demokrasi Tiongkok/Chinese Democratic League—Red) dan Komite Revolusioner (Revolutionary Committee; bagian dari KMT dengan pimpinannya Li Jishen diperankan Jin Xin; dalam perang sipil ini akhirnya pro PKT—Red) berada di pihak kita.

Chiang, balas Mao, sepenuhnya terisolasi; segala sesuatu akan menyesuaikan di tempatnya.

“Ini waktunya untuk menggelar KKPRT yang Baru,” Mao terus mendesak dengan gagasan Masohi Politik ala Tiongkok yang Baru atawa yang Pertama itu.

“Kekerasan” Mao berlanjut Masohi … : Persiapan KKPRT yang Baru

Kemudian, seperti sudah berkali disinggung dalam rangkaian tulisan ini, pada Januari 1949, adalah kemenangan menentukan PKT di Huaihai. Kemenangan Revolusi Tiongkok!

Menyusul kemenangan menentukan ini, PKT mengadakan Sidang Pleno ke-2 Komite Sentral ke-7.

Dalam FaR ditampilkan adegan sidang tersebut yang dibuka oleh Zou Enlai, di desa Xibaipo, Pingshan, Heibei, Maret 1949.

Harrison (hlm 427) antara lain menulis: “Sebanyak 34 anggota dan 19 wakil Komite Sentral Ke-7 bertemu di desa Hsipaip’o (ejaan latin lama untuk Xibaipo—Red) dari 5 Maret hingga 13 Maret 1949, sesaat sebelum sang pemenang Sentral Partai pindah ke Beiping. Mereka mengesahkan ‘delapan butir’ –nya Mao untuk perdamaian dan untuk mengadakan pertemuan ‘KKPRT yang baru’ dalam rangka membangun pemerintahan koalisi demokratis…”

Pada Juni 1949, Harrison melanjutkan, sebanyak 134 delegasi mewakili 23 “organisasi-organisasi demokratis”, bertemu di Beiping sebagai sebuah “komite persiapan” untuk memilih komite pelaksana yang diketuai Mao, serta untuk mengadopsi “peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapan” bagi pertemuan pada September, Konferensi Konsultasi Politik Rakyat, yang akan mendirikan negara baru pada 1 Oktober.

Salah satu adegan FaR menyuaragambarkan pertemuan tersebut dengan memberi teks rincian tempatnya: Juni 1949 persiapan untuk KKPRT yang Baru di Balai Qinzheng, Zongnanhai (kompleks bangunan bersebelahan dengan Kota Terlarang, kawasan pusat kota Beiping—Red/Wikipedia). 

Sebelum pertemuan berlangsung, FaR menampilkan Mao Zedong dan Zou Enlai yang langsung menyambut kedatangan dua tokoh penting non komunis begitu mereka berturut-turut tiba dengan mobil penjemput di depan Balai Qinzheng. Ketua Komite Revolusioner Ji Sheng  dan tokoh senior LDT Zhang Lan.



Tinggalkan komentar