Pergilah ke Barat, Han Muda

.

Oleh Pepe Escobar

.
Sumber: Russia Today, RT http://rt.com/op-edge/215147-china-politics-asia-russia/

Waktu publikasi: 17 Desember 2014, Pk 11.35

Dibahasaindonesiakan oleh Redaksi Dasar Kita

.

The China World Trade Center Tower III dan bangunan lainnya terlihat di kawasan pusat bisnis Beijing (Reuters / Jason Lee)

The China World Trade Center Tower III dan bangunan lainnya terlihat di kawasan pusat bisnis Beijing (Reuters / Jason Lee)

.

18 November 2014: hari yang seharusnya dikenang sepanjang sejarah.

Pada hari itu, di kota Yiwu, Provinsi Zhejiang, Tiongkok, 300 kilometer selatan Shanghai, kereta api pertama yang membawa 82 kontainer barang-barang ekspor dengan berat lebih dari 1.000 ton, meninggalkan sebuah kompleks pergudangan masif, menuju Madrid (Spanyol – Red DK). Tiba pada 9 Desember.

Selamat datang kereta choo-choo (suara bayi meniru bunyi lokomotif – Red DK/The Free Dictionary by Farlex) baru trans-Eurasia. Pada lebih dari 13.000 kilometer, kereta tersebut secara teratur akan melewati rute kereta barang terpanjang di dunia, 40 % lebih panjang dari sang legendaris Kereta Api Trans-Siberia (Trans-Siberian Railway – Red DK). Muatannya akan melintasi Tiongkok dari Timur ke Barat, kemudian Kazakhstan, Rusia, Belarus, Polandia, Jerman, Prancis, dan akhirnya Spanyol.

Anda mungkin tidak punya ide sedikit pun di mana Yiwu, tetapi para pengusaha yang menjajakan dagangan mereka sepanjang Eurasia, terutama yang dari dunia Arab, sudah kesengsem pada kota “di mana mujizat terjadi!” (“where amazing happens!”– Red DK).

Kita sedang berbicara tentang pusat grosir terbesar barang-barang konsumsi sehari-hari (consumer goods – Red DK) ukuran kecil – dari pakaian sampai mainan – yang memungkinkan di mana saja di bumi ini.

Rute Yiwu-Madrid melintasi Eurasia merepresentasikan awal dari serangkaian perkembangan perubahan permainan (game-changing development– Red DK). Ini akan menjadi sebuah saluran logistik efisien yang luar biasa panjangnya.

Ini akan merepresentasikan geopolitik dengan sentuhan manusia, merajut satukan seluruh para pedagang kecil dan pasar-pasar besar pada sebuah daratan yang luas. Ini telah menjadi sebuah contoh grafis dari integrasi Eurasia yang tengah berjalan. Dan yang paling penting, ini adalah blok bangunan pertama pada “Jalan Sutra Baru” Tiongkok (China’s “New Silk Road” – Red DK), [yang kita] bayangkan proyek dari abad baru dan tidak diragukan lagi kisah perdagangan terbesar di dunia untuk dasawarsa berikutnya.

Pergilah ke barat, Han muda. Suatu hari, jika segala sesuatunya terjadi sesuai rencana (dan sesuai dengan impian para pemimpin Tiongkok), semua ini akan menjadi milik Anda – melalui rel kecepatan tinggi, tak kurang dari itu.

Perjalanan dari Tiongkok ke Eropa akan menjadi urusan dua hari, bukan 21 hari seperti dewasa ini. Bahkan, seperti kereta barang yang meninggalkan Yiwu, kereta api peluru D8602 meninggalkan Urumqi, di Provinsi Xinjiang, menuju Hami di barat jauh Tiongkok. Itulah kereta api pertama berkecepatan tinggi (first high-speed railway – Red DK) yang dibangun di Xinjiang, dan yang lebih lagi dari itu akan segera hadir melintasi Tiongkok, apa yang tampaknya untuk membuktikan kecepatan yang bikin kliyengan (dizzying speed – Red DK).

Saat ini, 90% dari perdagangan kontainer global masih melalui laut, dan itulah yang Beijing rencanakan untuk dirubah. Embrionya, masih relatif lamban, Jalan Sutra Baru, merepresentasikan terobosan pertama yang terikat pada apa yang akan menjadi revolusi perdagangan kontainer trans-benua melalui darat.

Seorang pekerja berjalan di dasar jalur kereta api baru di Yiwu, Provinsi Zhejiang (Reuters / China Daily)

Seorang pekerja berjalan di dasar jalur kereta api baru di Yiwu, Provinsi Zhejiang (Reuters / China Daily)

Dan bersama dengan itu akan ikut berangkat sekeranjang masa depan kesepakatan “sama-sama untung” (“win-win” deals – Red DK), termasuk biaya transportasi yang lebih rendah, ekspansi perusahaan-prusahaan konstruksi Tiongkok yang pernah berlanjut ke “stans” Asia Tengah (Stans: kawasan di Asia Tengah terdiri dari: Kazakhstan, Kyrgyzstan, Uzbekistan, and Tajikistan – Red DK/The Free Dictionary by Farlex) serta ke Eropa, cara yang lebih mudah dan lebih cepat untuk memindahkan uranium dan logam-logam langka dari Asia Tengah ke tempat lain, serta pembukaan pasar-pasar baru tak terhitung jumlahnya yang menyelamatkan ratusan juta orang.

Jadi jika Washington berniat menjadi “poros Asia” (“pivoting to Asia” – Red DK) Tiongkok telah memiliki rencana sendiri dalam pikirannya. Anggap saja [AS] sedang berputar-putar ke Eropa melewati Eurasia.

Menyeberang ke Timur?

Kecepatan di mana semua ini terjadi sangat mengejutkan. Presiden Tiongkok Xi Jinping meluncurkan Sabuk Ekonomi Jalan Sutra Baru (New Silk Road Economic Belt – Red DK) di Astana, Kazakhstan, pada September 2013. Satu bulan kemudian, ketika berada di ibukota Indonesia, Jakarta, ia mengumumkan Jalan Sutra Maritim abad-kedua-puluh-satu (twenty-first-century Maritime Silk Road; cetak tebal dari kami; simak pidato Xi dimaksud di Jakarta Speech by Chinese President Xi Jinping to Indonesian Parliament – Red DK).

Beijing mendefinisikan konsep keseluruhan di balik perencanaannya sebagai “satu jalan dan satu sabuk” (“one road and one belt”: OBOR  – Red DK), ketika apa yang sesungguhnya dipikirkan adalah sebuah labirin membingungkan atas [rencana-rencana] jalan, rel kereta api, jalur laut, dan sabuk yang prospektif (menjanjikan – Red DK).

Kita berbicara tentang sebuah strategi nasional yang bertujuan untuk menarik pada aura sejarah kuno Jalan Sutra, di mana peradaban, timur dan barat, terjembatani dan terkoneksi, sekaligus menciptakan basis untuk satu set besar zona-zona kerja sama ekonomi pan-Eurasia yang saling berpaut (interlocked – Red DK).

Para pemimpin Tiongkok telah mendapat lampu hijau dana infrastruktur sebesar $ 40 miliar ($ 40 billion — Red DK), diawasi oleh Bank Pembangunan Tiongkok (China Development Bank – Red DK), untuk membangun jalan, jalur kereta api kecepatan tinggi, dan jalur pipa energi di berbagai provinsi Tiongkok.

Dana tersebut cepat atau lambat akan diperluas untuk mencakup proyek-proyek di Asia Selatan, Asia Tenggara, Timur Tengah, dan sebagian Eropa. Tapi Asia Tengah adalah target kunci yang segera (key immediate target – Red DK).

Perusahaan-perusahaan Tiongkok akan berinvestasi dan/atau melakukan penawaran untuk kontrak di puluhan negeri sepanjang jalan sutra yang direncanakan itu.

Setelah tiga dasawarsa pembangunan saat menarik investasi asing dengan kecepatan sangat tinggi, strategi Tiongkok sekarang adalah membiarkan modalnya sendiri mengalir ke para tetangganya.

[Kebijakan] ini sudah meraih $ 30 miliar pada kontrak dengan Kazakhstan dan $ 15 miliar dengan Uzbekistan. Juga telah memberikan Turkmenistan pinjaman $ 80 miliar dan satu miliar lebih dilayangkan kepada Tajikistan.

Reuters / Stringer

Reuters / Stringer

Pada 2013, hubungan dengan Kyrgyzstan ditingkatkan pada apa yang diistilahkan Tiongkok “level strategis”. Tiongkok telah menjadi mitra dagang terbesar bagi mereka semuanya kecuali Uzbekistan dan, meskipun bekas republik-republik sosialis Asia Tengah dari Uni Soviet itu masih terikat dengan jaringan pipa energi Rusia, Tiongkok juga bekerja di sana, menciptakan versinya sendiri dari Pipelineistan, termasuk jalur pipa gas baru (new gas pipeline – Red DK) ke Turkmenistan, dengan banyak lagi yang menyusul.

Persaingan di antara provinsi-provinsi Tiongkok untuk sebagian besar bisnis dan infrastruktur ini yang terkait di situ akan berlangsung sengit. Xinjiang sudah direkonfigurasi oleh Beijing sebagai hub-kunci (penghubung kunci – Red DK) dalam jaringan Eurasianya yang baru.

Pada awal November 2014, Guangdong – “pabrik dunia” – menjadi tuan rumah pameran internasional pertama untuk Jalan Sutra Maritim Tiongkok sendiri dan perwakilan tidak kurang dari 42 negara menghadiri acara tersebut.

Presiden Xi sendiri kini antusias menjual provinsi kampung halamannya, Shaanxi, yang pernah menjadi tempat dimulainya Jalan Sutera historis di Xian, sebagai hub-transportasi-abad kedua puluh satu. Dia membuat Jalan Sutra Barunya mencakup Xian, berada di antara yang lain, Tajikistan, Maladewa, Sri Lanka, India, dan Afghanistan. (Simak petanya pada $ 40 billion — Red DK).

Seperti halnya Jalan Sutra historis, [jalan sutra] yang baru ini harus dipikirkan dalam bentuk beragam. Membayangkannya sebagai sebuah labirin bercabang bagi masa depan berupa jalan, jalur kereta api, dan jalur pipa. Sebuah bentangan kunci (key stretch – Red DK) akan merambah melalui Asia Tengah, Iran, dan Turki, dengan Istanbul sebagai situs persimpangan jalan. [Sementara] Iran dan Asia Tengah sudah aktif mempromosikan (actively promoting – Red DK) punya mereka sendiri yang terkoneksi pada bentangan tersebut. Bentangan kunci lainnya, akan mengikuti jalur Kereta Api Trans-Siberia dengan Moskow sebagai sebuah simpul kunci (a key node – Red DK).

Begitu rel kecepatan tinggi remix trans-Siberia (high-speed rail remix – Red DK) selesai, waktu tempuh antara Beijing dan Moskow akan anjlog dari saat ini enam setengah hari menjadi hanya 33 jam. Pada akhirnya, Rotterdam, Duisburg, dan Berlin semuanya bisa tersambung pada “jalan raya” masa depan ini sementara para pebisnis eksekutif Jerman antusias (enthusiastic – Red DK) atas prospeknya.

Jalan Sutra Maritim akan dimulai dari provinsi Guangdong menempuh rute ke Selat Malaka, Samudera Hindia, Tanduk Afrika, Laut Merah dan Mediterania, esensinya berakhir di Venice, yang memang “cukup adil” (poetic justice – Red DK). Anggap saja sebagai [perjalanan] Marco Polo yang terbalik.

Semua ini dijadwalkan akan selesai pada 2025, melengkapi Tiongkok dengan jenis “kekuatan lunak” masa depan (future “soft power” – Red DK) yang kini terasa sekali kurang. Saat Presiden Xi berseru untuk mendorong “memecahkan leher botol konektivitas” di seluruh Asia, dia juga menjanjikan kredit Tiongkok bagi banyak sekali negara.

Kini, mengoplos antara strategi Jalan Sutra dengan kerja sama yang tinggi di antara negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan), dengan kerja sama yang diaselerasi di antara para anggota Shanghai Cooperation Organization (SCO), dengan peranan Tiongkok yang semakin berpengaruh atas 120 anggota Gerakan Non-Blok (NAM) – tidak heran ada persepsi di Global Selatan, bahwa sementara AS tetap terlibat dalam perang tak berujung, dunia menyeberang ke Timur (defecting to the East – Red DK).

Rute utama Jalan Sutra (Gambar dari wikipedia.org)

Rute utama Jalan Sutra (Gambar dari wikipedia.org)

Bank Baru dan Mimpi Baru

KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) baru-baru ini di Beijing tak pelak sebuah kisah sukses Tiongkok (Chinese success story – Red DK), tapi cerita APEC yang hebat ini nyaris tidak dilaporkan di Amerika Serikat.

Dua puluh dua negara Asia menyetujui pembentukan Bank Investasi Infrastruktur Asia (Asian Infrastructure Investment Bank – Red DK) (AIIB) hanya satu tahun setelah awalnya diusulkan oleh Xi. Ini menjadi bank lain lagi, seperti Bank Pembangunan BRICS (BRICS Development Bank – Red DK), yang akan membantu pembiayaan proyek-proyek energi, telekomunikasi, dan transportasi. Modal awal akan menjadi $ 50 miliar dan Tiongkok serta India akan menjadi pemegang saham utama.

Bila disimak pendiriannya, sebagai respons Sino-India atas Bank Pembangunan Asia (ADB) yang didirikan pada 1966 di bawah naungan Bank Dunia dan dianggap oleh sebagian besar dunia sebagai kuda stalking (kuda dilatih menyembunyikan pemburu saat mengejar/mengintai binatang buruan; suatu dalih – Red DK/The Free Dictionary by Farlex) untuk konsensus Washington.

Ketika Tiongkok dan India bersikeras bahwa pinjaman-bank yang baru akan dibuat atas dasar “keadilan, kesetaraan, dan transparansi,” mereka maksudkan untuk menjadi sama sekali kontras terhadap ADB (yang tetap menjadi urusan AS-Jepang dengan kontribusi kedua negeri tersebut 31% dari modal dan memegang 25% hak memilih) – serta sebuah tanda dari kedatangan suatu tatanan baru di Asia. Selain itu, pada tingkat yang murni praktis, ADB tidak akan membiayai kebutuhan riil mendorong infrastruktur Asia yang menjadi impian para pemimpin Tiongkok, jadinya mengapa AIIB yang datang ini, sangat berguna.

Perlu diingat bahwa Tiongkok telah menjadi mitra dagang utama bagi India, Pakistan, dan Bangladesh. Di tempat kedua ketika bermitra dengan Sri Lanka dan Nepal. Kembali nomor satu ketika bermitra dengan hampir seluruh anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), meskipun konflik yang gencar dipublikasikan baru-baru ini mengenai Tiongkok atas siapa yang mengontrol perairan kaya deposito energi di kawasan tersebut. Kita bicara di sini tentang mimpi menarik dari suatu konvergensi 600 juta orang di Asia Tenggara, 1,3 miliar di China, dan 1,5 miliar di anak benua India.

Hanya tiga anggota APEC – di luar AS – tidak memilih untuk menyetujui bank baru tersebut: Jepang, Korea Selatan, dan Australia, seluruhnya di bawah tekanan besar dari pemerintahan Obama. (Indonesia menandatangani {signed on – Red DK} beberapa hari kemudian). Dan Australia menemukan dirinya semakin sulit (increasingly difficult – Red DK) untuk menolak godaan, apa yang hari-hari ini disebut, “diplomasi yuan”.

Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) pemimpin berpose untuk foto keluarga di International Convention Center di Yanqi Lake di Beijing, November 11, 2014 (Reuters / Kim Kyung-Hoon)

Para pemimpin Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) berpose untuk foto keluarga di International Convention Center, Danau Yanqi, Beijing, 11 November 2014 (Reuters / Kim Kyung-Hoon)

Faktanya, apa pun mayoritas negara-negara Asia mungkin pikirkan tentang Tiongkok yang menjelaskan dirinya sedang “meningkatkan perdamaian” (”peaceful rise” – Red DK) sebagian besar sudah menjauh atau membalikkan punggung mereka dari perdagangan dan komersial dunia yang didominasi Washington-dan-NATO serta menata pakta-pakta – dari Kemitraan Perdagangan dan Investasi Transatlantik (TTIP) untuk Eropa ke Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) untuk Asia – ke mana mereka akan pergi.

Ketika Naga Merangkul Beruang

Presiden Rusia Vladimir Putin [ternyata] punya APEC yang luar biasa. Setelah negaranya dan Tiongkok meraih kesepakatan massif $ 400 miliar gas alam pada Mei (2014 – Red DK) – sekitar jalur pipa Pembangkit Siberia, yang mulai dibangun tahun ini (2014 – Red) – mereka menambahkan dua kesepakatan (second agreement – Red DK) senilai $ 325 miliar di sekitar jalur pipa Altai yang berasal dari Siberia bagian barat.

Kedua kesepakatan mega energi ini tidak berarti bahwa Beijing akan menjadi tergantung-Moskow dalam hal energi, meskipun diperkirakan bahwa mereka (Rusia – Red DK) akan menyediakan 17% kebutuhan gas alam Tiongkok pada 2020. (Sementara gas, hanya menempati 10% persen dari [komposisi] campuran-energi Tiongkok saat ini).

Namun, kesepakatan ini sinyal di mana angin berhembus di jantung Eurasia. Meskipun bank-bank Tiongkok tidak bisa menggantikan mereka yang terkena dampak sanksi Washington dan Uni Eropa terhadap Rusia, bank-bank itu menawarkan Moskow yang terpukul oleh anjloknya harga minyak baru-baru ini, beberapa bantuan dalam bentuk akses ke kredit Tiongkok.

Di front militer (military front – Red DK), Rusia dan Tiongkok kini berkomitmen untuk latihan-latihan militer bersama skala besar, sementara sistem rudal pertahanan udara S-400 (S-400 air defense missile system – Red DK) yang lebih maju segera menuju Beijing. Selain itu, untuk pertama kalinya di era pasca-Perang Dingin, Putin baru-baru ini mencanangkan doktrin lama era-Soviet “keamanan kolektif” (“collective security” – Red DK) di Asia sebagai sebuah pilar yang memungkinkan bagi kemitraan strategis Tiongkok-Rusia yang baru.

Presiden Xi sempat menyebut semuanya ini “pohon cemara (evergreen tree; yang selalu hijau di musim dingin sekalipun – Red DK) persahabatan Tiongkok–Rusia” – atau Anda bisa menganggapnya sebagai “poros” strategis Putin terhadap Tiongkok. Dalam kedua kasus tersebut (kesepakatan mega energi dan kerja sama di front militer – Red DK), Washington sama sekali tidak bergairah melihat Rusia dan Tiongkok mulai saling menautkan kekuatan mereka: keunggulan Rusia dalam teknologi pertahanan, ruang angkasa, dan manufaktur alat berat pas dengan (matching – Red DK) keunggulan Tiongkok dalam pertanian, industri ringan, dan teknologi informasi.

Juga menjadi jelas bahwa selama bertahun-tahun, seluruh Eurasia, Rusia, yang bukan Barat, jalur pipa cenderung mapan. Yang paling baru, opera Pipelineistan yang spektakuler – [“gantinya”] pembatalan Gazprom atas jalur pipa Aliran Selatan (South Stream – Red DK), [Pipelineistan] yang prospektif yang kini membawa lebih banyak lagi gas alam Rusia ke Eropa – pada akhirnya, hanya akan menjamin bahkan mengintegrasikan energi yang lebih besar lagi baik untuk Turki maupun Rusia ke dalam Eurasia baru.

Presiden Rusia Vladimir Putin (Kiri) berjabat tangan dengan mitra kerjanya dari Tiongkok Xi Jinping selama Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), di Convention Center International, Danau Yanqi, distrik Huairou Beijing, 11 November 2014 (Reuters / Kim Kyung -Hoon)

Presiden Rusia Vladimir Putin (Kiri) berjabat tangan dengan mitra kerjanya dari Tiongkok Xi Jinping selama Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), di Convention Center International, Danau Yanqi, distrik Huairou Beijing, 11 November 2014 (Reuters / Kim Kyung -Hoon)

Selamat Jalan Momen Unipolar

Seluruh perkembangan saling bertautan ini menunjukkan suatu pergeseran tektonik geopolitik di Eurasia di mana media Amerika belum juga mulai memahami. Bukan berarti bahwa tidak ada yang mencatat apa-apa.

Anda dapat mencium kepanikan yang baru saja merebak di udara pada apa yang ditegakkan Washington. Dewan Hubungan Luar Negeri sudah melansir (publishing – Red) penyesalan tentang kemungkinan momen luar biasa dari sang mantan adidaya satu-satunya ini yakni “mengungkapkan” (unraveling — Red DK).

Komisi Telaah Ekonomi dan Keamanan AS-Tiongkok (US-China Economic and Security Review Commission – Red DK) hanya bisa menyalahkan (blame – Red DK) kepemimpinan Tiongkok yang menjadi “tidak loyal”, merugikan “reformasi”, dan sebagai musuh dari “liberalisasi” ekonomi mereka sendiri.

Mencari-cari kesalahan dengan tuduhan seperti biasanya (usual suspects carp – Red DK) bahwa Tiongkok [sebagai negara] kaya baru mengacaukan “tatanan internasional”, akan menggagalkan “perdamaian dan kemakmuran” di Asia selama-lamanya, dan dapat menciptakan (creating — Red DK) “jenis baru Perang Dingin” di wilayah tersebut.

Dari sudut pandang Washington, kebangkitan Tiongkok, tentu saja, tetap “ancaman” besar di Asia, jika bukan dunia, bahkan ketika Pentagon membelanjakan jumlah akbar untuk menjaga terbujurnya kerajaan global pada keutuhan pangkalan-pangkalan militernya.

Namun, cerita-cerita berdasarkan-Washington tentang ancaman Tiongkok baru di Pasifik dan Asia Tenggara, tidak pernah menyebutkan bahwa Tiongkok tetap dikelilingi oleh pangkalan-pangkalan militer AS, sementara [Tiongkok] tidak memiliki pangkalan sendiri di luar wilayahnya.

Tentu saja, Tiongkok menghadapi masalah-masalah titanic, termasuk tekanan yang dikenakakan oleh “negara adidaya tunggal” dunia. Di antaranya, Beijing kuatir atas ancaman terhadap keamanan pasokan energi dari luar negeri melalui laut, hal yang membantu menjelaskan investasi besar-besaran dalam mendukung menciptakan datangnya Pipelineistan Eruasia dari Asia Tengah ke Siberia.

Kekuatiran atas masa depan energinya juga menjelaskan keinginan Tiongkok untuk “minggat dari Malaka” dengan meraih pasokan energi di Afrika dan Amerika Selatan, dan ofensif banyak-diskusinya untuk mengklaim daerah kaya energi dari laut Timur dan Selatan Tiongkok, yang bagi Beijing adalah taruhan bisa menjadi “Teluk Persia kedua”, penghasilan puncak 130 miliar barel minyak.

Di front internal, Presiden Xi menguraikan (outlined – Red DK) secara detail visinya “berorientasi pada hasil”, lintasan bagi negaranya selama dasawarsa berikutnya. Sebagai peta jalan yang akan ditempuh (road maps go – Red DK), daftar reformasi “yang harus dilakukan” (“must-do” – Red DK) Tiongkok, tidak kurang impresifnya.

Dan khawatir dalam menjaga ekonomi Tiongkok, sudah nomor satu (number one – Red DK) di dunia dalam ukuran, bergulir dengan kesibukan yang amat sangat, Xi juga [sempat-sempatnya] melakukan turbo-charging (langkah tambahan untuk lebih menggenjot proses tengah berlangsung – Red DK) perlawanan terhadap (fight against – Red DK) korupsi, sogokan, dan hal mubazir (waste – Red DK) khususnya di dalam Partai Komunis itu sendiri.

Efisiensi ekonomi adalah masalah krusial lainnya. BUMN Tiongkok sekarang menginvestasikan dalam jumlah yang mengejutkan $ 2, 3 triliun per tahun – 43% dari total investasi negara – ke dalam infrastruktur.

Studi baru-baru ini dari Sekolah Manajemen Universitas Tsinghua (Tsinghua University School of Management – Red DK), menunjukkan bahwa berbagai investasi dalam fasilitas-fasilitas mulai dari pembuatan baja sampai pabrik semen hanya menambah kelebihan kapasitas sehingga sesungguhnya merugikan (undercut – Red DK) produktivitas Tiongkok.

Xiaolu Wang dan Yixiao Zhou, para penulis makalah akademis “Memerdalam Reformasi untuk Pertumbuhan Jangka Panjang dan Pembangunan Tiongkok” (”Deepening Reform for China’s Long-term Growth and Development” – Red DK) berpendapat bahwa hal ini akan sulit bagi Tiongkok untuk melompat dari status berpenghasilan menengah ke berpenghasilan tinggi – sebuah persyaratan kunci sebagai kekuatan global yang sebenarnya.

Untuk itu, suatu gelontoran dana-ekstra pemerintah harus mengalir ke sektor-sektor seperti manfaat-manfaat bagi jaminan sosial/pengangguran dan perawatan kesehatan , yang [masing-masing] mengambil porsi 9,8 % dan 15,1 % anggaran 2014 (2014 budget – Red DK) – tinggi untuk beberapa negara Barat tetapi tidak cukup tinggi untuk kebutuhan Tiongkok.

Presiden AS Barack Obama (depan) berjalan melewati mitra kerjanya dari Tiongkok Xi Jinping dalam upacara menyambut Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), [berada] di dalam International Convention Center, Danau Yanqi, Beijing, 11 November 2014 (Reuters / Kim Kyung- hoon)

Presiden AS Barack Obama (depan) berjalan melewati mitra kerjanya dari Tiongkok Xi Jinping dalam upacara menyambut Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), [berada] di dalam International Convention Center, Danau Yanqi, Beijing, 11 November 2014 (Reuters / Kim Kyung- hoon)

Namun, siapa pun yang mengikuti dengan lebih dekat apa yang telah dicapai Tiongkok selama tiga dasawarsa lalu, tahu bahwa apa pun masalahnya, apapun ancamannya, mereka tidak akan berantakan (won’t fall apart – Red DK).

Sebagai ukuran ambisi negeri tersebut untuk mengkonfigurasikan ulang secara ekonomi peta komersial dan kekuatan dunia, para pemimpin Tiongkok juga memikirkan bagaimana, dalam waktu dekat, hubungan dengan Eropa, juga bisa dibentuk kembali (reshaped – Red DK) dengan cara yang akan menjadi sejarah.

Bagaimana dengan “Komunitas Harmonis” itu?

Pada saat yang sama ketika Tiongkok mengusulkan suatu integrasi Eurasia baru, Washington telah memilih sebuah “kekaisaran kaos” (“empire of chaos”; kaos: keadaan kacau balau; KBBI-dalam jaringan/online – Red DK) sebuah sistem global disfungsi yang kini berkembang biak [menjadi] kekacauan dan pukulan balik (blowback – Red DK) di seluruh Daratan Timur Tengah sampai ke Afrika dan bahkan ke pinggiran Eropa.

Dalam konteks ini, sebuah “Perang Dingin baru” paranoia (penyakit jiwa membuat penderita berpikir aneh-aneh; penyakit khayal; – Red BK/KBBI-dalam jaringan) terus meningkat (on the rise – Red BK) di AS, Eropa, dan Rusia. Mantan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev, yang tahu sedikit banyak tentang Perang Dingin (mengakhiri salah satunya, [pun] tidak bisa lebih waspada. Agenda Washington “mengisolasi” dan bisa dikatakan melumpuhkan Rusia pada akhirnya berbahaya, bahkan jika dalam jangka panjang, hal itu juga dapat ditakdirkan (doomed – Red DK) gagal.

Pada saat ini, apa pun kelemahannya, Moskow tetap satu-satunya kekuatan yang mampu menegosiasikan keseimbangan strategis global dengan Washington dan menempatkan beberapa batasan pada kekaisaran kaos tersebut. Nasion-nasion NATO masih menguntit patuh di belakang Washington dan Tiongkok saat ini belum memiliki pengaruh strategis.

Rusia, seperti halnya Tiongkok, bertaruh pada integrasi Eurasia. Tentu saja, tidak satu pun yang tahu, bagaimana semua ini akan berakhir. Hanya empat tahun lalu, Vladimir Putin mengusulkan “sebuah komunitas ekonomi yang harmonis membentang dari Lisbon ke Vladivostok”, melibatkan perjanjian perdagangan bebas trans-Eurasia.

Namun hari ini, dengan AS, NATO, dan Rusia terkunci dalam Peran Dingin-seperti pertempuran dalam bayang-bayang atas Ukraina, dan dengan Uni Eropa tidak mampu melepaskan diri dari NATO, tampaknya paradigma baru yang paling cepat adalah menjadi integrasi yang kurang total ketimbang histeria perang dan ketakutan menyebarnya kaos di masa depan ke bagian-bagian lain dari Eurasia.

Tetapi, jangan mengesampingkan perubahan dinamika situasi. Dalam jangka panjang, tampaknya berada di dalam kartu-kartu.

Suatu hari, Jerman (Germany – Red DK) dapat memimpin bagian-bagian Eropa berlalu dari “logika” NATO, karena para pemimpin bisnis dan industriawan Jerman punya mata pada potensi komersial mereka yang menguntungkan di masa depan dalam Eurasia baru. Mungkin aneh kelihatannya di tengah-tengah perang kata-kata atas Ukraina saat ini, akhir permainan tetap bisa membuktikan untuk melibatkan aliansi Berlin-Moskow-Beijing (Berlin-Moscow-Beijing alliance).

Saat ini, pilihan antara dua model yang ada di planet ini tampaknya memang mencolok: pengintegrasian Eurasia atau sebuah penyebaran kekaisaran kaos. Tiongkok dan Rusia tahu apa yang mereka inginkan, dan demikian juga Washington.

Pertanyaannya adalah: Apa yang akan dipilih oleh bagian-bagian bergerak lainnya dari Eurasia itu?

ooOoo

Kutipan-Diposkan dari TomDispatch
Laporan, pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam kolom ini adalah semata-mata dari penulis dan tidak mewakili mereka yang dari RT.

.

 

Pepe Escobar adalah koresponden keliling untuk Asia Times/Hong Kong, seorang analis untuk RT dan TomDispatch, dan kontributor yang rajin mengisi situs-situs web dan acara-acara radio mulai dari AS hingga ke Asia Timur.

Tinggalkan komentar